Guru Besar Bidang Ilmu Perpustakaan Pertama di PTKI dan Ketiga di Indonesia
Prof. Nurdin dan Anggota Senat Universitas
IP.UIN-SUKA.AC.ID-Berdasarkan SK Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI nomor 22505/MPK.A/KP.05.01/2022 Prof. Dr. Nurdin, S.Ag., SS., M.A., resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar bidang Ilmu Perpustakaan oleh Prof. Dr. H. Siswanto Masruri, M.A. selaku Ketua Senat Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta pada kamis, 28 Juli 2022.
Sidang Senat Terbuka ini dihadiri oleh Ketua Senat, Prof. Dr. H. Siswanto Masruri, M.A., Anggota Senat, Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga yakni Prof. Dr.Phil. Al Makin, S.Ag., M.A., para Wakil Rektor, Para Dekan, keluarga besar Prof. Nurdin, tamu undangan dan segenap sivitas akademika Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga yang diselenggarakan di Gedung Prof. R.H.A. Soenardjo, S.H., Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga dan berlangsung selama kurang lebih 4 jam.
Prof. Nurdin yang berkelahiran di Tellang, 1 Juni 1971 ini resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar bidang Ilmu Perpustakaan ketiga di Indonesia, setelah Prof. Sulistyo-Basuki, Ph.D., dan Prof. Dr. Jonner Hasugian, M.Si dari Universitas Sumatera Utara. Pada pidato pengukuhannya, Prof. Nurdin menyapaikan refleksi ilmiah yang berjudul: Kontekstualitas Perpustakaan dalam Peradaban.
Pemilihan judul tersebut didasarkan pada sejumlah kegalauan akademik beberapa tahun terakhir, kegalauan pertama adalah bahwa kehadiran perpustakaan seakan-akan tidak terasa dalam bingkai peradaban umat manusia, seolah hanya menjadi bagian struktural saat penilaian kelembagaan berlangsung. Sekadar sebagai syarat sertifikasi ataupun akreditasi institusi, tidak menjadi bagian integral dan fundamental dalam kerangka membangun peradaban masyarakat saat ini.
Kegalauan kedua adalah mengapa perpustakaan kurang memiliki daya tarik yang memungkinkan masyarakat, khususnya kaum akademisi. Kondisi ini dapat dilihat, misalnya pada 3 tahun terakhir sebelum pandemi 2020, minat kunjung perpustakaan, khususnya di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta berada di sekitar 5,5%, dari total jumlah mahasiswa dan pada masa pandemi turun menjadi 0,4% (Statistik Pengunjung). Kondisi serupa ditemukan di perpustakaan umum yang rata-rata sepi dari pengunjung. Hal ini tergambar dalam rilis UNESCO yang menyatakan bahwa minat baca orang Indonesia berada di peringkat kedua dari bawah di antara bangsa-bangsa di dunia, yaitu 0,001%.
Kegalauan ketiga adalah mengapa terminologi perpustakaan mengalami proses stigmatisasi yang berujung pada penuaan sebelum waktunya. Pergerakan dan perkembangan kepustakawanan era milenium akhir ini melalui kondisi tersebut seakan telah menunjukkan degradasi akut kepercayaan diri di kalangan para praktisi dan akademisi perpustakaan. Mengacu pada ketiga hal tersebut, pidato Prof. Nurdin yang memiliki nama lengkap Nurdin Laugu ini berupaya memberikan pandangan melalui kontekstualitas perpustakaan dalam peradaban.
Prof. Nurdin menyebutkan bahwa perpustakaan hadir merupakan kebutuhan karena menjadi penyangga pada setiap kepentingan masyarakat. Budaya yang bergerak di atas pilar-pilar ilmu pengetahuan telah menunjukkan ke arah pencapaian peradaban gemilang, mulai dari Sumeria, Yunani, dan hingga Islam dan Barat. Sebaliknya, keterbatasan pada akses pengetahuan, advokasi, dan jejaringnya menunjukkan ke arah yang sebaliknya. Peradaban-peradaban besar menghilang karena lebih didominasi oleh kepentingan politik, ideologi, dan keluarga ketimbang pemihakan terhadap pengelolaan pengetahuan berbasis pendidikan dan kebebasan intelektual.
Berdasarkan pada pokok bahasan tersebut, perpustakaan dapat dilihat dalam empat pilar, yaitu sebagai pusat literasi, infrastruktur pengetahuan, komunikasi ilmiah, dan agen peradaban. Pada titik ini, perpustakaan sebagai agen peradaban melalui posisinya sebagai pusat literasi dan repositori pengetahuan akan membantu proses dinamisasi suatu peradaban. Perpustakaan selalu menjadi pintu terbuka untuk pengetahuan, pendidikan sepanjang hayat, dan akses menuju inovasi setiap generasi, sebagai industri produsen suku cadang peradaban, yang berujung pada lahirnya sebuah peradaban emas.
Prof. Dr.Phil. Al Makin, S.Ag., M.A. selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga menyampaikan sambutannya usai pengukuhan, Prof. Al Makin menyampaikan, pidato Guru Besar Prof. Nurdin disebut sebagai pidato ilmiah terbaik dengan beberapa alasan utama, yaitu memberi informasi yang benar-benar berbobot, pidato yang terkesan kritis dan proporsional, serta banyak ungkapan-ungkapan kritis, tentang minat baca, relasi antara peradaban dan perpustakaan, dan bagaimana kita telah mengabaikan buku, bacaan, dan perpustkaan secara sistematis dan kolektif, bahkan secara nasional.
“Minat baca masyarakat Indonesia nomer dua dari bawah di dunia (UNESCO (Bustomi & Ardhi, 2022). Ini sungguh menyedihkan. Kita hanya tertarik pada leaflet, statemen bombastis, status-status medsos, video singkat di Tiktok, dengan menari-nari, sekedar pakaian seragam, upacara, guyonan tak mendidik, dan lain-lain yang menyenangkan dan menghibur. Jauh dari dalam, serius, dan dedikasi. Sayang sekali.” kata Prof. Al Makin dalam sambutannya.
Selain menyampaikan refleksi ilmiah dalam pidatonya, Prof. Nurdin juga menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung semua proses panjang dalam perjalanan menuju pencapaian guru. Baik para guru semasa sekolah, para dosen dan profesor semasa kuliah, para orang tua, rekan kerja, saudara, dan tentunya keluarga yang dengan penuh kesabaran telah menemani Pak Laugu dalam suka maupun duka.
Penulis: Salwa Nimaprilia (Nun)