JIP-TALK: Diskusi Kepustakawan Daring

JIP-TALK
Diskusi Kepustakawanan Daring
Oleh: Thoriq Tri Prabowo
Dosen Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga
Merebaknya pandemi corona virus disease 2019 (covid-19) mengharuskan siapa saja memasuki era normal baru (new normal era) tidak terkecuali dunia pendidikan tinggi yang dalam hal ini adalah perguruan tinggi. Perguruan tinggi merupakan lembaga pendidikan yang memiliki metode pengajaran yang berbeda dengan jenjang pendidikan dasar dan menengah. Perguruan tinggi menekankan pembelajaran pada kegiatan kolaboratif antara pengajar dan mahasiswanya melalui serangkaian kegiatan yang salah satunya ialah diskusi.
Rabu, 13 Mei 2020 Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga menyelenggarakan diskusi kepustakawan melalui media daring (online). Drs. Djazim Rohmadi, M.Si selaku ketua program studi membuka JIP-TALK yang pertama tersebut dengan menyampaikan pesan bahwa program studi Ilmu Perpustakaan tidak akan menyerah terhadap keadaan. Diskusi ilmiah yang merupakan ruh dari dunia pengajaran di perguruan tinggi akan terus diupayakan.
Sasaran dari kegiatan ini tidak hanya untuk kalangan akademik seperti dosen dan mahasiswa meskipun kegiatannya diselenggarakan oleh program studi di perguruan tinggi. Program studi sebagai penyelenggara kegiatan justru sangat berharap apabila banyak praktisi dan ahli yang turut bergabung dalam diskusi. Semakin heterogen peserta diskusi berarti semakin besar peluang sirkulasi pengetahuan yang bisa dimanfaatkan bersama-sama.
Kegiatan yang bertajuk JIP-TALK tersebut akan dilaksanakan dalam beberapa sesi. Sesi pertama diisi oleh Faisal Syarifudin, S.Ag., SS., M.Si yang merupakan dosen di program studi tersebut sekaligus kandidat doktor dari UIN Sunan Kalijaga. Acara dipandu oleh Thoriq Tri Prabowo, M.IP, seorang dosen muda yang juga berada di program studi yang sama. Pada JIP-TALK sesi pertama Faisal memaparkan mengenai kepemimpinan perempuan dalam perpustakaan.
Faisal memaparkan temuan dari kajian literaturnya yang mengisyaratkan bahwa profesi pustakawan memang lekat dengan label profesi yang feminim. Perempuan dianggap memiliki karakter dan kompetensi kepemimpinan yang ideal dalam bidang perpustakaan. Namun, saat ini pandangan tersebut mulai harus dievaluasi, pasalnya banyak juga laki-laki yang saat ini juga tertarik untuk menjadi pustakawan. Artinya, persoalan kepemimpinan di perpustakaan bukan masalah laki-laki atau perempuan tetapi masalah kompetensi dan karakter.
Diskusi kepustakawanan daring yang diselenggarakan program studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga tersebut dibuka untuk umum dan boleh dihadiri siapapun secara gratis. Peserta sebelumnya harus mendaftarkan dirinya pada tautan yang tersedia dalam situs web program studi lalu mengikuti petunjuk pelaksanaan diskusi. JIP-TALK sesi yang pertama bisa dikatakan cukup sukses mendatangkan banyak tokoh kepustakawanan penting dari tanah air, sebut saja Elly Julia Basri, Harkrisyati Kamil dan Labibah Zain yang namanya sudah tidak asing di dunia kepustakawanan Indonesia.
Kendati diskusi dilakukan secara daring, namun diskusi terasa sangat mengalir, sehingga waktu yang dialokasikan selama dua jam terasa sangat cepat berlalu. Dr. Syifaun Nafisah, sekretaris program studi Ilmu Perpustakaan mengungkapkan bahwa ke depannya diskusi serupa akan dilaksanakan lagi dengan mengevaluasi dari pelaksanaan diskusi sesi pertama.