Kacamata Malaysia terhadap Ilmu Perpustakaan dan Informasi

IP.UIN-SUKA.AC.ID-Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta bekerjasama dengan Institute of Economic Growth –University of Delhi, East West University Library – Dhaka Bangladesh, Said Nursyi Institute, Pakistan Librarian Club, Special Library Association Asia (SLA Asia) dan Asosiasi Perpustakaan Perguruan Tinggi Islam (APPTIS) mengadakan International Talks: Visiting International Librarians#12 dengan topik “Pendidikan Ilmu Perpustakaan dan Informasi di Malaysia”. Acara ini berlangsung pada hari Selasa, 14 Desember 2021 pukul 14.00 WIB dengan narasumber Nor Edzan Che Nasir, Ph.D. (Interim Secretary and Member, IFLA Asia-Oceania Regional Division) yang dimoderatori oleh Rika Kurniawaty, M. Hum. (Kepala Perpustakaan UIN Mataram – APPTIS) dengan Gadis Nurmalita, mahasiswa Ilmu Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga sebagai pemandu acara. Acara ini dibuka langsung oleh Rektor UIN Sunan Kalijaga, Prof. Dr. Phil. Al Makin, S.Ag., M.A. dan ditutup dengan vote of thanks oleh Kepala Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga, Dra Labibah Zain, M.LIS.

Dalam kesempatan ini, Edzan menjelaskan bagaimana awal mula diadakannya pengembangan Ilmu Perpustakaan dan Informasi di Malaysia. Dalam presentasinya, Edzan menyampaikan bahwa pada tahun 1955 didirikan Malayan Library Group (MLG) yang sekarang menjadi Persatuan Pustakawan Malaysia (PPM), dimana Ilmu Perpustakaan dan Informasi dimulai dari kegiatan pendidikan yang tidak formal. Pada tahun 1965, PPM meminta kepada Universitas Malaya (UM) untuk pembangunan perpustakaan sekolah di universitas, hingga akhirnya Dewan Arsip Internasional (SARBICA) setuju untuk pendirian sekolah pascasarjana kepustakawanan di UM. Dijelaskan juga bahwa pada 1994 Program Magister of Library and Information Science (MLIS) di UM dialihkan ke Fakulatas Ilmu Komputer & Teknologi informasi. Setelah itu, banyak universitas lain yang mulai mendirikan Program Studi Ilmu Perpustakaan, baik tingkat sarjana maupun diploma.

Edzan menjelaskan kondisi perpustakaan di Malaysia sekarang sudah banyak berkembang dan bervariasi, seperti perpustakan nasional, perpustakaan negara, perpustakaan umum, perpustakaan komunitas, perpustakaan akademik, dan perpustakaan khusus. Untuk menjadi pustakawan di Malaysia diharuskan minimal lulusan diploma di bidang Ilmu Perpustakaan.

Malaysian Qualification Agency (MQA), lembaga yang berdiri pada 1 November 2007 merupakan lembaga yang memiliki kewenangan untuk melaksanakan Malaysian Qualifications Framework (MQF) supaya terjamin kualitas yang tinggi di bidang pendidikan dan sebagai acuan untuk kriteria standar kualifikasi nasional. MQA juga bertanggung jawab untuk memantau dan mengawasi kualitas praktik penjaminan dan akreditasi perguruan tinggi nasional.

Edzan menyampaikan bahwa selama pandemi Covid-19, perpustakaan banyak melakukan penyesuaian-penyesuaian dengan mengubah cara pelayanan perpustakaan secara online. Perpustakaan menjadi lebih sering menggunakan media social seperti Instagram untuk menyebarkan infografis dan Youtube untuk informasi berbentuk video, serta mengadakan webinar untuk kelas dan tutorial online. Edzan juga menyampaikan beberapa hal yang harus disiapkan pustakwan untuk menghadapi pandemi Covid-19, seperti keterampilan dan kompetensi di bidang Teknologi Informasi (TI). Tayangan selengkapnya dapat diakses di Youtube channel Sukalib dengan judul “International Talks #12 - Library and Information Science (LIS) in Malaysia”. [imhas]