Guru Besar Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, Prof. Dr. H. Taufiq Ahmad Dardiri, SU Tutup Usia

Prof. Dr. H. Taufiq Ahmad Dardiri, SU
Seluruh sivitas akademika UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta berduka ditinggalkan salah satu putera terbaiknya, Prof. Dr. H. Taufiq Ahmad Dardiri, SU (Guru Besar Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta). Prof. Dr. H. Taufiq Ahmad Dardiri, SU menghadap Sang Kuasa pada Selasa, 5 Nopember 2019 di kediamannya Perumahan Purwomartani Baru, Kalasan, Sleman. Prof. Dr. H. Taufiq Ahmad Dardiri, SU wafat pada usia 67 tahun dengan meninggalkan seorang istri dan tiga orang anak. Jenazah dimakamkan di kompleks makan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Kadisoka Purwomartani, Sleman. Berangkat dari rumah duka, terlebih dahulu disemayamkan di Masjid UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk mendapatkan penghormatan terakhir atas jasa-jasa almarhum dari seluruh sivitas akademika UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Prof. Dr. H. Taufiq Ahmad Dardiri, SU merupakan Dekan Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Periode 1996-1999. Pria kelahiran Banyuwangi pada 10 September 1951 ini menjadi Dosen Bahasa dan Sastra Arab (BSA) Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sejak Bulan Maret Tahun 1977. Saat ini Prof. Dr. H. Taufiq Ahmad Dardiri, SU sudah meraih jabatan fungsional Guru Besar (Profesor) dalam bidang Bahasa dan Sastra Arab. Prof. Dr. H. Taufiq Ahmad Dardiri, SU bisa dikatakan dekan pertama di Fakultas Adab yang merupakan alumnus Fakultas Adab. Sebelum Prof. Dr. H. Taufiq Ahmad Dardiri, SU, dekan Fakultas Adab dijabat oleh dosen yang berasal dari fakultas lain yang lebih tua.
Latarbelakang Pendidikan formal yang pernah Prof. Dr. H. Taufiq Ahmad Dardiri, SU geluti antara lain: S1 Jurusan Sastra Arab Fakultas Adab IAIN Al-Jami'ah Al-Islamiyah Al-Hukumiyah Sunan Kalijaga Yogyakarta Tahun 1976, S2 Jurusan Ilmu-ilmu Humaniora Program Studi Sastra Indonesia dan Jawa Fakultas Pascasarjana UGM Tahun 1989, dan S3 Program Studi Studi Islam Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Tahun 2008.
Prof. Dr. H. Taufiq Ahmad Dardiri, SU menamatkan masa sekolah dasarnya di Banyuwangi, kemudian Ia hijrah ke kota Surakarta untuk menamatkan pendidikan lanjutannya yaitu Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah. Selepas lulus dari Madrasah Aliyah, Prof. Dr. H. Taufiq Ahmad Dardiri, SU sebenarnya mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan beasiswa pendidikan ke Madinah. Akan tetapi Prof. Dr. H. Taufiq Ahmad Dardiri, SU lebih memilih untuk belajar di Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga.
Prof. Dr. H. Taufiq Ahmad Dardiri, SU menjadi dekan pada masa genting, yaitu ketika Indonesia tengah dalam krisis ekonomi. Ia mengatakan dengan gonjang-ganjingnya situasi ekonomi negara, maka hal tersebut secara otomatis turut mempengaruhi pengelolaan lembaga karena IAIN Sunan Kalijaga saat itu adalah lembaga negara. Banyak mahasiswa yang kemudian mempertanyakan nasib mereka setelah lulus, mengingat melihat situasi negara yang bisa dikatakan tidak kondusif. Prof. Dr. H. Taufiq Ahmad Dardiri, SU masih ingat betul ada mahasiswa yang mendatanginya dan memohon agar skripsinya ditulis tangan dan di lembaran kertas buram. Itu adalah potret kondisi ekonomi Indonesia saat itu. Pada masa itu Prof. Dr. H. Taufiq Ahmad Dardiri, SU juga mengupayakan bahwa SPP mahasiswa sementara dicarikan bantuan baik kepada lembaga amal maupun kepada para alumni yang dianggap berhasil.
Dengan kegigihannya, Prof. Dr. H. Taufiq Ahmad Dardiri, SU justru memutar otak untuk tetap bertahan di tengah situasi yang tidak pasti tersebut. Pada situasi kritis tersebut Prof. Dr. H. Taufiq Ahmad Dardiri, SU justru mampu menghadirkan pengajar-pengajar hebat dari universitas tetangga seperti UGM, IKIP Yogyakarta (sekarang UNY), dan ISI Yogyakarta untuk membantu mengajar di Fakultas Adab. Beberapa pengajar tersebut antara lain, Siti Bororoh Bareid, Ibrahim Alfian, Siti Chamamah Suratno, Djoko Suryo, Adabi Darban, Imron, Kun Zahrun, dan beberapa guru besar UGM yang lain. Terdapat juga Husein Haykal dari IKIP Yogyakarta, dan satu lainnya dari ISI Yogyakarta yang Prof. Dr. H. Taufiq Ahmad Dardiri, SU akui lupa namanya.
Kontribusi Prof. Dr. H. Taufiq Ahmad Dardiri, SU terhadap Fakultas Adab dan Ilmu Budaya sangatlah besar. Sebagai Dekan pada masa itu, Ia bisa dikatakan sebagai salah satu tokoh berpengaruh dalam proses pendirian program studi D-3 Perpustakaan dan Informasi (PII) di Fakultas Adab pada tahun 1998 (Aminah 2018). Program Studi PII tersebut kemudian menjadi cikal bakal lahirnya program studi Ilmu Perpustakaan (IP) dalam jenjang yang lebih tinggi, yaitu strata satu (S-1). Kontribusi ini tidak bisa dianggap remeh, mengingat program studi-program studi di luar kajian keagamaan di lingkungan IAIN Sunan Kalijaga memang tengah digalakkan, terutama untuk menyongsong pergantian status IAIN menjadi UIN (Universitas Islam Negeri).
Sampai dengan saat ini, tidak banyak perguruan tinggi yang membuka program studi Ilmu Perpustakaan. Dalam lingkungan PTKIN (Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri), IAIN Sunan Kalijaga ialah salah satu PTKIN yang menjadi pelopor dalam mendirikan program studi Ilmu Perpustakaan. Pengembangan keilmuan program studi Ilmu Perpustakaan mendapatkan respon yang sangat apik dari masyarakat. Jumlah peminatnya kian naik dari tahun ke tahun, sehingga mau tidak mau pada saat itu punggawa program studi Ilmu Perpustakaan juga turut diperkuat dengan hadirnya dosen-dosen baru.
Saat ini di UIN Sunan Kalijaga program studi Ilmu Perpustakaan dipelajari mulai dari jenjang strata satu (S-1) sampai jenjang strata tiga (S-3). Suksesnya pendidikan Ilmu Perpustakaan di IAIN/UIN Sunan Kalijaga dari awal pendirian sampai dengan saat ini tentu tidak bisa dilepaskan dari kontribusi Prof. Dr. H. Taufiq Ahmad Dardiri, SU, terutama karena Ia merintis pembukaan program studi PII yang menjadi cikal bakal pembukaan program studi Ilmu Perpustakaan ampai dengan jenjang S-3.
Dalam hal pengajaran di Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, Prof. Dr. H. Taufiq Ahmad Dardiri, SU pernah mengampu beberapa mata kuliah yang diajarkannya di beberapa program studi. Sesusai dengan home-base Prof. Dr. H. Taufiq Ahmad Dardiri, SU di program studi BSA maka saat ini Prof. Dr. H. Taufiq Ahmad Dardiri, SU mengampu beberapa mata kuliah yang menjadi keahliannya, antara lain: Madzhab-madzhab Bahasa dan Sastra Arab, Sastra dan Media, Sejarah Sastra Arab (Klasik), dan Sejarah Sastra Arab (Modern).
Prof. Dr. H. Taufiq Ahmad Dardiri, SU aktif dalam menulis karya ilmiah, baik dalam bentuk buku, jurnal, dan karya lainnya. Adapun beberapa karya yang pernah dihasilkan Prof. Dr. H. Taufiq Ahmad Dardiri, SU antara lain: Mitos Keluarga Muslim dalam Sinetron Sakinah Bersamamu: Analisis Semiotika, 2017; Analisis Semiotik dan Sufistik Ritual Tari Samman di Madura, 2015; Antara Balaghah dan Hermeneutika: Studi Komparasi dan Kombinasi dalam Bunga Rampai Dinamika Kajian Ilmu-Ilmu Adab dan Budaya Diterbitkan oleh Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, 2015; Strukturalisme Genetik: Konsep, Teori, dan Aplikasi; Tonggak Melayu: Perang Riau 1783-1784; Perang Riau 1783-1784: Kajian Biografis dan Ideologi Perang Sabil; Pedoman Pengelolaan Perpustakaan Madrasah, dan karya lainnya yang tidak mungkin disebutkan satu per satu.
Dalam hal karya tulis, strukturalisme genetik adalah salah satu tema yang cukup diminati Prof. Dr. H. Taufiq Ahmad Dardiri, SU. Hal ini dibuktikan bahwa disertasi yang Prof. Dr. H. Taufiq Ahmad Dardiri, SU tulis berkaitan dengan tema tersebut. Strukturalisme genetik merupakan sebuah teori yang dicetuskan oleh Lucien Goldmann. Goldmann mengungkapkan bahwa teori strukturalisme genetik merupakan penelitian yang memiliki penelitian terhadap proses kelahiran sebuah karya sastra, termasuk dalam wilayah pendekatan ekspresif (Dardiri 2008). Menurut Goldmann dalam disertasi Prof. Dr. H. Taufiq Ahmad Dardiri, SU, strukturalisme genetik menganggap bahwa teks sastra adalah struktur yang merupakan hasil dari proses sejarah yang terus berlangsung, yang hidup dan dihayati oleh masyarakat asal karya tersebut.
Tidak hanya produktif menulis, Prof. Dr. H. Taufiq Ahmad Dardiri, SU juga aktif mengikuti kegiatan ilmiah seperti konferensi, baik di kancah nasional maupun internasional. Adapun beberapa topik yang pernah disampaikannya dalam konferensi tersebut antara lain: Ma’ani al-Rihlah wa al-Saer Mustaqatuhuma fi al-Qur’an al-Karim pada Konferensi IMLA tahun 2017; Al-Lughah al-Arabiyah: Baina Rumansiyah al-Madhi wa Afaq at-Thotawwur fi al-Mustaqbal Konferensi IMLA tahun 2016; dan Ru’yatu Najib al-Kaelani al-Aliyah fi Riwayat “Azra Jakarta” Tahlil al-Binyawiy at-Taulidiy pada Konferensi IMLA tahun 2015. Dalam konteks sumbangsih dalam masyarakat, Prof. Dr. H. Taufiq Ahmad Dardiri, SU juga banyak menyumbangkan pemikiran dan tenaganya, antara lain yaitu keaktifannya dalam mengajarkan bahasa Arab di beberapa Masjid dan Mahad.
Selamat jalan Prof. Dr. H. Taufiq Ahmad Dardiri, SU semoga husnul khotimah, dan mendapat tempat yang terbaik di sisi Allah SWT, aamiin.
Penulis: Thoriq Tri Prabowo (Dosen Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)